Dan kayaknya sepatu gue ilang. Itu kesimpulan yang bisa gue ambil setelah setengah jam ngubekin rak sepatu. Mungkin dimaling orang. Bisa juga dicuri udang. Oke kemungkinan kedua terdengar agak cacat. Kecuali udang jaman sekarang pada gaul ngeceng pake sneakers warna ngejreng, barangkali baru bisa jadi opsi. Tapi seingetnya , selama gue ngeceng ga pernah ketemu sama udang, paling manusia yang mirip otaknya doang.

Sepatunya sih biasa, malah kebanyakan nangkring di rak sampe debuan. Sepatu lain juga masih punya, cuma sepatu ini punya cerita sendiri. Cerita yang seharusnya bisa menjadi penunjuk saat kita bertemu sebentar lagi.Bahwa gue masih bisa mengingat, tentang apa yang pernah ada disini.

Ah Dasar maling bangsat.
--------------------------------------------------------------------------------------------
Somewhere in the middle of saturday night.

Sebuah kesalahan sepertinya memilih kafe ini.Lagu yang diputar kebanyakan bertema trance. Jadi cukup susah untuk bercengkrama. Tapi justru sedikit banyak mengingatkan kelakuan waktu kita masih muda. Dua party goers yang nggak pernah capek berburu tempat untuk menari berdua.

"Kamu apa kabar", dia bertanya, sekedar berbasa-basi membuka percakapan. Pertanyaan biasa, hanya diiringi senyum yang jadi pembeda.

Senyumnya belum berubah. Gigi taring sebelah kanan tersungging setiap kali tersenyum. Menjadi ciri khas yang selalu tampak menyenangkan.Senyum yang dulu berharga, cuma sayang gue terlalu sering mengalihkan mata.

"Aku baik, yah gini2 aja" balas gue yang masih mikir apa yang seharusnya dirasa. Senang, karena setelah setahun lebih berjalan sendiri2 sekarang dia duduk persis di depan gue. Atau harus galau karena dia yang terlihat sangat memesona. Nggak ada yang berubah sebenarnya, rambutnya tetap sebahu, gayanya tetap casual tanpa make up yang berlebihan. Cuma hal yang baru terlihat setelah sekian lama hilang memiliki arti yang lebih. Dia terlihat persis saat pertama kali gue jatuh cinta.

Kita bicara banyak hal, mengejar waktu yang tertinggal. Tentang perjalanan, hati, dan entah setan mana yang tiba2 memutar lagu In the darknya tiesto, membuat kita tersenyum berdua dan mulai mengungkit kenangan.

"Kamu inget dulu abis dugem kamu pulangnya mabok terus mau buka pintu kamar pake kunci mobil ?".

"Kamu inget dulu diketawain pas jemput aku pake sepatu yang kiri converse yang kanan puma gara2 masih ngantuk?"

"Kamu inget dulu ribut2 playstation ga nyala ternyata tivinya belum kamu idupin?"

"Kamu inget Phuket?"

Dan berbagai "kamu inget dulu" things yang pernah kejadian. Lucu. Semuanya lucu. Memunculkan kembali rasa malu malu. Meski kalo dipikir2 guenya kebanyakan dungu.

Dua jam berlalu. Kita masih menertawakan semuanya. Ada rasa yang terselip disana.Rasa yang aneh. Antara harapan,gengsi,rasa bersalah, ah ntahlah. Memetakan perasaan nggak semudah menjumlah angka. Satu ditambah satu nggak selalu sama dengan kita. Dulu mungkin iya, sekarang lain cerita.

"Besok pulang?" tanya gue.

Dia mengangguk "Iya, flight jam 8 pagi".

"Kapan kesini lagi?". Sebuah pertanyaan rancu. Antara sekedar bertanya tapi disisipi keinginan mendengar jawaban " aku pasti kesini lagi".

"Nggak tau", jawabnya, langsung meratakan apa yang terpikir barusan.

Malam semakin jadi. Dia harus pulang, istirahat, berkemas untuk kemudian pergi. "See you when i see you" ujarnya mengiringi satu kecupan di pipi sebagai tanda hari ini.
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Sepatu gue ketemu !! Ternyata dipinjem tetangga sebelah kamar. Katanya mau bilang tapi gue ga bangun2 tidur, jadi langsung diambil.

Senang, sepatunya langsung dipake pergi. Rasanya sepatu ini kayak baru. Sama senengnya kayak ketemu dia waktu itu. Tapi , dia bukan sepatu. Dan gue juga ga berharap untuk bisa seperti dulu. Hari itu cukup sebagai sebuah pertemuan dua orang yang pernah berbagi dunia. Sebuah hari untuk bertutur cerita, tanpa harus bertukar rasa.

As we stare each other, everything seems to be fine. But, i will soon forget the color of your eyes, and you'll forget mine.